BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS »

Selasa, 08 Juni 2010

Meskipun sering dicap sebagai vandalisme, dari kritik sosial tajam untuk karakter di bawah jembatan, grafiti adalah salah satu cara yang pelukis muda dapat mengekspresikan diri mereka.
"Bagi saya, grafiti berarti popularitas," kata seniman Astu, grafiti yang dapat dilihat pada, antara lain tempat, Dukuh Atas di Jakarta Pusat, Pondok Gede di Bekasi
dan Kebagusan Jakarta Selatan.
Astu dan puluhan remaja lebih dari sekolah-sekolah tinggi dan universitas di Jakarta ikut berpartisipasi dalam lokakarya grafiti tiga hari yang berakhir Kamis.
Lokakarya,


yang diselenggarakan di Galeri Nasional di Jakarta Pusat, diselenggarakan oleh Jakarta Centre Culturel Francais (CCF).
Potongan-potongan para seniman muda disajikan tidak selalu grafiti, mural, dan karya dalam berbagai media termasuk acrylic, kanvas dan pada T-shirt juga dihasilkan selama acara ini.
Graffiti adalah sebuah bentuk seni jalanan yang biasanya melibatkan cat semprot berwarna cerah, sedangkan mural adalah lebih mungkin menjadi komentar sosial visual dan umumnya dicat daripada disemprot.
Membedakan diri dari Astu, Popo kata graffiti adalah forum untuk perbedaan pendapat politik dan kritik.
Popo menunjukkan karya ini yang mengkritik sebuah perusahaan sepatu multinasional yang dia yakini mengeksploitasi bekerja dengan membayar gaji mereka sangat rendah.
Poster ini menampilkan sosok ditikam oleh logo perusahaan dengan tagline "Hanya tongkat itu".
Guntur, lebih dikenal sebagai Jong Merdeka populer, juga berpendapat bahwa graffiti adalah bentuk seni yang serius.
Menampilkan tampilan slide karya ini, sebagian besar yang mendapat apresiasi peserta lokakarya itu, mengungkapkan fleksibilitas sebagai seniman.
"Saya tidak suka untuk mengidentifikasi diri dengan gaya tertentu," katanya.
Guntur menunjukkan gambar dari karyanya dilukis di dinding kafe, bistro, gereja dan museum di Jakarta dan daerah lainnya.
Graffiti artis lain dari Perancis, Joan Francois, yang berpartisipasi dalam lokakarya ini untuk berbagi pengalaman, memuji kreativitas para seniman grafiti Indonesia.
"Sepertinya aku tidak diperlukan di sini. Mereka semua memiliki bakat besar, "kata Francois, yang mengakui bahwa ia belum diteliti salah satu seniman sebelum tiba di Indonesia.
Dia mengatakan bahwa ia terkejut melihat gaya pelukis belum sangat dipengaruhi oleh seniman asing.
"Saya bisa melihat mereka semua memiliki akar yang kuat dalam budaya Indonesia, yang mereka gunakan sebagai dasar untuk pekerjaan mereka,"
katanya.

0 komentar: